2.2. Budaya Populer Spanyol
2.2.1. Tarian Flamenco
Sejarah
Banyak detail dari sejarah perkembangan flamenco hilang dalam sejarah Spanyol. Hal ini disebabkan antara lain karena flamenco muncul dari kelompok sosial masyarakat bawah sehingga kurang mendapat prestise dari kalangan masyarakat menengah dan atas. Selain itu, musik dan tarian flamenco diturunkan dari generasi ke generasi melalui penampilan dalam acara komunitas sosial dan tidak dicatat dalam literatur.
Selama abad ke-18, berkembang ‘flamenco fiesta’. Dalam pesta ini, pertunjukkan tari dan musik flamenco bisa selama beberapa hari. Di sini tercipta set musik dan aturan sosial yang menjadi dasar flamenco.
Pada abad ke-19, flamenco mulai menyebar keluar dari daerah Andalusia dan mulai terbagi menjadi beberapa
Lambat laun, flamenco dan asosiasinya dengan kaum Gipsi menjadi populer di seluruh Eropa. Melancong yang ke Spanyol serasa belum ‘afdol’ jika belum menonton tarian flamenco. Sejak saat itu, Spanyol secara umum diasosiasikan dengan flamenco.
Sejak tahun 1956 hingga kini, muncul trend opera flamenca, dimana musik dan tarian flamenco dilihat sebagai pertunjukkan opera, yang secara bertahap digelar di gedung-gedung besar seperti teater dan arena adu banteng.
Instrumen
Flamenco tradisional biasanya hanya diiringi nyanyian tanpa alat musik (disebut cante). Dalam perkembangannya, nyanyian diiringi dengan:
- Gitar flamenco (toque)
- Tepukan tangan yang ritmik (palmas)
- Hentakan kaki yang ritmik (zapateado)
- Dansa (baile)
- Bandurria dan tamborin
- Castanet
2.2.2. Adu Banteng (corrida de toros)
Karena keberagaman yang tinggi, kadang budaya Spanyol diwarnai dengan kontradiksi. Sebagai contoh, adu banteng, atau Corrida de toros bagi orang Spanyol, merupakan pertunjukan juga olah raga yang menarik dan penuh kontradiksi. Secara visual, tampilan matador dalam kostum serba gemerlap dan halus, badan yang selalu langsing dan sportif, begitu kontras dengan tampilan banteng yang gelap, solid, dan sangat ganas. Gerakan matador yang bagai tarian diakhiri dengan tebasan pedang. Lapangan berpasir yang putih pun memerah oleh darah banteng. Keindahan? Ya. Sadis? Ya juga. Kengerian bagi penonton yang tak akrab dengan tradisi ini. Namun, kemampuan matador dalam menghindar dari terjangan banteng, terlebih sikapnya yang menantang si banteng menjadi kenikmatan tersendiri. Karenanya ia bertahan, bahkan tak menunjukkan tanda-tanda bakal menyingkir dari lubuk sanubari penggemarnya
Sejarah
Dulu tujuan utama corrida melulu mempersiapkan banteng untuk dihabisi pedang matador. Namun tahun 1914 Juan Belmonte, seorang matador bertubuh kecil dari
Kehebatan matador dilihat dari keterampilannya menghindar, keindahannya dan keberaniannya berada sedekat mungkin dengan banteng. Di titik ini corrida tak lagi tinggal sebagai pertarungan antara manusi dan banteng, namun lebih sebagai pertarungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Setiap detik dalam tampilannya, matador harus memutuskan seberapa dekat ia akan berani membiarkan banteng mendekat, dan seberapa jauh ia bisa mengempos keberanian untuk memuaskan penonton.
Sudah barang tentu matador, betapa pun jayanya selalu akrab dengan tandukan banteng. Hampir setiap matador pernah kena tanduk paling tidak sekali dan satu musim pertunjukan. Bermonte ditanduk lebih dari 50 kali. Bahkan sejak tahun 1700 dari sekitar 125 orang matador besar, 40 diantaranya tewas di arena. Itu belum termasuk banderillero atau picador yang tewas. Contoh lain, Joselito (Jose Gomez), teman sekaligus rival Belmonte, yang dipandang sebagai salah seorang matador terhebat sepanjang masa, akhirnya tewas di ujung tanduk banteng pada tahun 1920.
Deskripsi
Acaranya dibuka dengan prosesi meriah.
Selain matador, para asistennya – disebut banderillero dan picador – ikut berparade. Saat prosesi selesai, walikota melemparkan kunci pintu kandang banteng. Sang banteng masuk arena. Lalu seorang banderillero mengibaskan muleta (kain berwarna nila) hanya dengan satu tangan untuk memancing reaksi banteng. Ini gunanya agar matador mengamati apakah banteng ini punya kecenderungan lebih suka menyerang dengan salah satu tanduk saja, atau kedua-duanya. Setelah itu, barulah matador masuk ke arena.
Biasanya, ia akan mulai dengan gerakan-gerakan veronica. Muleta dikibaskan perlahan dengan kedua tangan dari arah si banteng, tanpa ia sendiri pindah posisi. Begitu terus sampai banteng kian dekat, begitu dekat, sehingga muleta cukup dikibaskan memutari pinggangnya sendiri. Gerakan yang sebenarnya merupakan jurus dasar yang harus dikuasai seorang matador ini indah di mata, karena mendekati gerakan menari. Bayangkanlah apa yang kita lakukan kalau kita berdekatan dengan seekor banteng ganas! Boro-boro menari. Karena matador melakukannya dengan begitu indah, penonton dibuat lupa betapa dekat ia pada resiko ditanduk.
Sementara itu para picador masuk. Dari atas kuda tunggangan, mereka menusuk banteng dengan harpun mirip tombak, menandai dimulainya babak awal, dari tigak babak, berturut-turut yang dimulai dengan pertarungan, lalu penancapan banderilla (sejenis harpun) oleh para banderillero, atau oleh picador. Pertunjukan dituntaskan dengan menghabisi banteng.
Dalam babak pertarungan, matador berupaya menyebabkan lawannya capek sehingga kehilangan stamina. Luka akibat tancapan banderilla yang terus-menerus mencucurkan darah juga cara lain mebuat kondisinya melemah.
Namun, yang biasanya dinantikan penonton adalah saat matador melancarkan tusukan fatal untuk menghabisi lawannya. Yang dipandang terbaik tentu dengan satu tusukan. Pertunjukan disebut recibiendo, hebat sekali, bila karena perhitungan yang matang dan keberaniannya, matador berhasil menancapkan pedang pas di saat ia berhadapan muka dengan si banteng, justru ketika banteng sedang menerjang ke arahnya.
Karena kesempatan hanya dihitung dalam detik, tusukan itu harus langsung kena sasaran (jantung) dan (konon, ini indahnya) dilakukan hanya beberapa saat sebelum tanduk si banteng menyentuh tubuh matador. Begitu tusukan dituntaskan dan sukses, matador sedikit menepi untuk memberi ruang bagi jatunya banteng, tertelungkup seolah menyembah pasrah kalah di hadapan sang matador! Namun, karena cara ini amat tinggi resikonya, amat jarang dipraktikkan. Bagaimana bila tusukan yang diharapkan fatal, ternyata tak berhasil melumpuhkan?
Seorang matador yang kemenangannya sudah diakui akan memutari arena diiringi para banderillero di tengah gemuruh sorak-sorai penonton. Bila penampilannya dinilai bagus, salah satu daun telinga banteng dipersembahkan sebagai tanda kemenangannya. Bila amat memuaskan, kedua daun telinga jadi haknya. Kalau recibiendo, selain dua daun telinga ia juga mendapat ekor!
Adu lari dengan banteng (dalam bahasa Inggris ‘bull-run’, dalam bahasa Basque ‘entzierro’, dalam bahasa Spanyol ‘el encierro’) merupakan suatu tradisi berlari di depan banteng-banteng yang telah dilepaskan ke suatu jalan kota yang telah disekat khusus untuk acara ini. Walaupun acara ini sering diadakan di festival kota dan desa di seluruh Spanyol, namun acara bull-run yang paling terkenal adalah di festival San Fermin di Pamplona, yang disiarkan langsung di Television Espanola dan Cuatro.
Tidak seperti adu banteng yang dilakukan oleh profesional, dalam acara bull-run ini, setiap orang boleh berpartisipasi. Luka-luka menjadi hal yang lumrah dalam acara ini, baik dari partisipan yang terseruduk banteng, maupun banteng yang tanduknya tersangkut di bebatuan jalan.
Sejarahnya
Tradisi ini bermula dari upaya memindahkan banteng-banteng dari kandang di pinggir
Deskripsi
Persiapan dari acara ini adalah pendirian sejumlah barikade dari kayu dan besi yang didirikan di sepanjang jalan yang akan dilalui banteng berdasarkan rute terdekat menuju arena adu banteng. Barikade ini dibuat dua lapis untuk memungkinkan para partisipan untuk segera keluar dalam kondisi terjepit yang berbahaya. Celah barikade dibuat cukup lebar untuk nyelip, namun cukup sempit untuk menghalangi banteng ikut nyelip. Namun hati-hati dengan tanduknya.
Acara bull-run di festival San Fermin dibuka dengan nyanyian "A San Fermín pedimos, por ser nuestro patrón, nos guíe en el encierro dándonos su bendición" ("We ask San Fermín, as our Patron, to guide us through the
Acara dibuka dengan roket pertama (yang disebut chupinaxo) yang ditembakkan ke udara untuk memperingatkan para pelari bahwa pintu kandang banteng telah dibuka. Signal roket kedua menandakan bahwa keenam banteng telah dilepaskan dan memasuki jalan.
Orang-orang pun akan siap-siap berlari di depan banteng-banteng itu kapan pun mereka datang. Baiknya jika banteng-banteng ini lari dengan mulus dalam kelompok. Jika salah satu banteng terpisah dari kelompok, maka hal ini bisa jadi berbahaya karena dia akan mengalami disorientasi dan mulai menyerang apapun atau siapapun yang bergerak dan menarik perhatiannya.
Bagi pelari yang belum pengalaman, adalah suatu keberuntungan bila dapat menyentuh banteng, namun sebenarnya hal ini tidak dibenarnya dan bisa berakibat fatal bagi yang melakukannya karena hal ini bisa bersifat mengganggu bagi banteng tersebut dan bisa menyebabkannya ngamuk. Untuk meminimalkan kecelakaan yang tidak diharapkan, para pawang banteng ikut berlari di belakang banteng-banteng. Akhir pekan merupakan puncak acara sehingga pasti sangat padat, karenanya paling berbahaya.
Acara selesai ketika banteng terakhir memasuki arena adu banteng.
2.2.4. Tomatina
La Tomatina merupakan acara perang makanan dalam festival
La Tomatina merupakan bagian dari festival selama seminggu yang diisi dengan pertunjukkan musik, parade, tarian, dan pertunjukkan kembang api. Semalam sebelum Tomatina, partisipan akan berkompetisi dalam kontes memasak paella (masakan tradisional spanyol yang terdiri dari nasi, ikan, tomat, dan sayur-sayuran)
Diperkirakan turis yang datang ke acara ini mencapai 20.000-40.000 orang. Melebihi penduduk Bunol yang berjumlah 9.000. Karena akomodasi yang terbatas, akhirnya pada turis umumnya tinggal di
Sejarahnya
Festival
Pada Agustus 2007, perang tomat ini berhasil menyedot turis sebanyak 40.000 orang dan menggunakan 115.000 kg tomat.
Deskripsi
Sekitar pukul 10, acara dibuka dengan kedatangan truk-truk pengangkut tomat ke pusat
Acara dimulai ketika semprotan air ditembakkan dan kekacauan pun dimulai. Jika sudah dimulai, orang-orang akan saling lempar tomat secara serampangan.
Setelah tepat setelah satu jam yang penuh kekacauan, semprotan air sekali lagi ditembakkan, menandakan berakhirnya perang tomat itu. Tidak ada lagi tomat yang boleh dilemparkan. Kemudian truk-truk pemadam kebakaran datang untuk membersihkan jalan dengan cara menyemprotkan air.
2.2.3. Adu lari dengan banteng (Bull-run)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar